Kamis, 23 Februari 2017

Dewan Pengurus Tekor, Kabinet Sendiko Dawuh


Dewan Pengurus Teater Korek, Kabinet Sendiko Dawuh 2017-2019

Mukhtamar Keluarga Luar Biasa Teater Korek (Mukelu Biasa Tekor) diselenggarakan atas kegelisahan bersama. Roda organisasi yang hampir berhenti membuat Teater Korek perlu melakukan langkah konkret untuk melanjutkan gerak kebudayaan. Maka, Mukelu Biasa Tekor dilaksanakan pada Sabtu-Minggu, 18-19 Februari 2017 di Cibodas, Jawa Barat.

Harapannya, agar Teater Korek tidak bergelap-gelap dalam terang. Semoga organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang seni dan kebudayaan ini tetap hidup, mengarungi derasnya kehidupan yang tanpa henti. Dari situ, restrukturisasi dilakukan yang disebut dengan Kabinet Sendiko Dawuh. Sebutan itu, bermakna agar kita senantiasa berpasrah pada ketetapan Semesta dan selalu mengabdi atas Keabadian; Tuhan Yang Maha Berbudaya.

Berikut ini adalah susunan struktur keorganisasian dan Kabinet Sendiko Dawuh:

  • DEWAN PELOPOR


– Haryanto, ST
Lukman Hakim, S.Sos
Neo Syaebani, S.Sos
Sya'arief, ST
  • DEWAN PENDIRI DAN PENERUS


  1. Emi Saras H, S.Ip
  2. Moch Mahrus Zain, S.Ag
  3. Riska Ayu R, M.Pd
  4. Abiyoso Agni, S.P
  5. Nurul Hikmah, S.Pd
……………………………………………………………………………………..
Bahwa dalam setiap pergaulan manusia senantiasa di dasari oleh pergulatan dan dialektika, Kebudayaan dan berkesenian menjadi bintang penuntun bagi cita-cita kemanusiaan kita. Dalam Teater Korek, yang memiliki keselarasan pandang tentang gerakan kebudayaan menuju cita-cita memanusiakan manusia dengan ini kami sepakat berikrar :
CATUR PRASETYA
UNIT KEGIATAN MAHASISWA TEATER KOREK:
  1. Taat dan setia kepada segala bentuk upaya untuk memajukan Gerakan Kebudayaan yang berlandas pada Perikemanusiaan; Memanusiakan Manusia.
  2. Dengan bersungguh-sungguh bersedia berserah diri terhadap proses, Jujur, bertanggung jawab, rajin belajar bersama, serta mendidik diri sendiri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari konsekwensi kerja-kerja Teater.
  3. Membuktikan Rasa Kekeluargaan, Kebersamaan, gotong royong, tolong menolong serta tindakan pembelaan moril maupun materiil untuk lingkungan Se Organisasi.
  4. Iklas dan Setia memajukan Kerja-kerja Berkebudayaan, Kerja-Kerja Teater, kerja-kerja Organisasi, serta menjaga kerahasiaan dan nama baik Teater Korek di manapun kita berada
 Salam Budaya, AYO BEKERJA !
  • DEWAN PENGURUS ORGANISASI TEATER KOREK 2017-2019


KABINET SENDIKO DAWUH
Ketua Organisasi : Aru (Elgete) Lego Triono - Ilmu Komunikasi
Sekretaris : Diah Wahyu Nuraini - Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Bendahara : Geubrina Rizky Dinda - Ilmu Komunikasi
Koordinator Bidang Non-Artistik: Alycia Marsheilla - Ilmu Pemerintahan
Anggota:
a. Deni Maulana (Dhema) Saputra -Ilmu Komunikasi- di Sub-Bidang Pengarsipan Data dan Dokumentasi
b. Pratiwi Ramdani Hasanella -Ilmu Komunikasi- di Sub-Bidang Public Relation
c. Esti Oktaviani Hanifah -Akuntansi- di Sub-Bidang Rumah Tangga dan Keanggotaan
Koordinator Bidang Artistik: Arini Hidayanti - Psikologi
Anggota:
a. Ahmad (Boy) Habibi -Tarbiyah- di Sub-Bidang Kekaryaan
b. Ade Purnama Wulandari -Manajemen- dan Sholihin Ibnu Badri -Tarbiyah- di Sub-Bidang Tari dan Musik
Demikian Struktur Organisasi Teater Korek dan Kabinet Sendiko Dawuh periode 2017-2019. Semoga tetap melakukan laku dan hidup dengan senantiasa berpasrah pada ketetapan Tuhan Yang Maha Berbudaya. Menghargai dan menghayati setiap proses yang dilakukan sebagai bagian dari upaya mencapai martabat yang lebih tinggi dan berharga.

Aru Elgete
Ketua Dewan Pengurus Organisasi Teater Korek 2017-2019

Sejarah Singkat Teater Korek


Pementasan Teater Korek 2008


Berawal dari kegelisahan Individu menyatu dalam sebuah rasa mencinta sesama, mengajak, merangkul, membaur dalam sebuah nilai, Musim kemarau panjang di lingkungan kampus terus mengering dirasakan oleh beberapa elemen kampus yang mencoba menghindar, diabaikan oleh semuanya memungkinkan terus merambah sebagai perwujudan kebudayaan yang terus terkikis, membuat kami mengadakan Pagelaran Musik Taman yang diadakan disekitar halaman kantin pada pertengahan tahun 2000.
Terhenti, merenung, mengendapkan, gagasan, mencari dan berproses untuk mendapatkan kesempurnaan. Berjalan menyusuri bukit terjal dan sebuah gurun; mata tertutup kain hitam, karena yang dilihatnya ada sebuah jurang. Malam terus mengalir dari keinginan yang membisu, datang dari beberapa seniman, berkomunikasi, interaksi, membuat kami terus menggali ilmu.
Respon datang dari beberapa civitas akademika dan kalangan Kampus Jabodetabek atau Komunitas Teater Kampus (Koteka) serta masyarakat sekitar untuk bersama melakukan eksplorasi mewujud dalam Seni Teater. Bertambahnya kuantitas merangsang untuk melakukan kerja serius untuk berkarya. Kegelisahan bertambah seiring dengan kuantitas yang berkualitas,  maka mengajak untuk melakukan Pelatihan Dasar, yakni sebagai bekal untuk melangkah.
LAODPT (Latihan Alam Dasar Pemain Teater) pertama dilaksanakan di Cibubur pada bulan Mei 2002, diikuti 17 peserta (9 Pria & 8 Wanita) selama 3 hari 4 malam. Pulang membawa harapan untuk membuka ruang kebudayaan (perkampungan budaya) sadar akan Budaya Ibu Pertiwi. menyatu pada tataran Civitas Akademika sebagai bagian yang tak terpisahkan, melakukan sosialisasi terhadap beberapa Organisasi Internal kampus.
Pertanggungjawaban sebagai salah satu organisasi kampus yang memiliki legalitas, tercetuslah untuk mengikrarkan sebuah kelompok Organisasi Kesenian “Teater”, maka detak jantung menjawab agar deklarasi dilaksanakan.
Pada 19 Juli 2002 Organisasi Teater di deklarasikan dengan nama “Teater Korek” yang disahkan Rektor Unisma, Cecep Efendi, yang dihadiri oleh beberapa elemen kampus dan beberapa kelompok teater baik sanggar maupun Koteka. Saat itu, Teater Korek juga menjadi anggota sekaligus tuan rumah pertemuan Koteka untuk membahas berbagai hal.
Merasa bahwa kebudayaan semakin menipis, maka proses sosialisasi terus berlangsung dengan Eksplorasi Budaya Daerah Bekasi Kesenian Topeng. Tak hanya terhenti pada satu titik, Teater Korek juga melakukan pementasan ke berbagai kelompok teater baik teater kampus maupun teater rumah (sanggar) dan juga beberapa instansi yang mengajak memberi ruang apresiasi.

Haryanto, ST
Dewan Pelopor Teater Korek

Teater Korek Belajar Mentas


Anggota Baru Teater Korek sedang belajar latihan

Bekasi, Tim Redaksi Teater Korek

Pertunjukkan yang dijadikan sebagai pertanggungjawaban anggota baru pasca Latihan Alam Orientasi Dasar Pemain Teater (LAODPT) itu, sedianya akan diselenggarakan malam ini (9/1), di Panggung Putih (Pendopo) Universitas Islam 45 Bekasi. Namun, karena kondisi cuaca yang tak menentu, pementasan DOMINO dialihkan ke Aula Fakultas Ekonomi.

Cerita DOMINO berangkat dari maraknya fenomena perjudian. Pasalnya, para elite politik tanah air kini sedang berjudi untuk sebuah pencapaian kekuasan. Terlebih, unsur keagamaan pun turut meramaikan arena perjudian. Akhirnya, Bumi Pertiwi dipenuhi oleh aksi perjudian yang tak lagi terelakkan.

Pertunjukkan teater nanti malam merupakan sebuah kritik sosial, tanpa bermaksud menyudutkan pihak tertentu. Karena memang seperti itu fungsi pertunjukkan. Tujuan utamanya adalah sebuah proses pembelajaran bagi para lakon agar dapat lebih peka terhadap alam. Kalau pun terdapat banyak kekeliruan, masih dapat didiskusikan.

Penulis Naskah, Zeta Margana menyatakan, pementasan DOMINO yang akan dipertontonkan nanti adalah awal dari proses pembelajaran. Anggota Baru Teater Korek akan terus melakukan proses selama ruh masih menyatu dengan jasad. Sebab, imbuhnya, menghargai proses sama dengan menghargai ilmu.

"Anak-anak baru sudah belajar latihan sejak LAODPT. Nanti malam itu bukan pementasan, tapi belajar melakukan pementasan. Setelah ini, saat proses pembelajaran sudah mencapai titik puncak, kita pasti akan mempersembahkan sebuah pementasan yang sesungguhnya," kata Zeta, saat memberi nasihat kepada para aktor, Minggu (8/1) dinihari.

Harapannya, Zeta menambahkan, anggota Teater Korek tidak menyerah pada proses. Meskipun keberpasrahan diri terhadap kehendak alam, harus dilakukan. Pembelajaran juga tidak hanya berhenti di pertunjukkan Gema Awal Tahun malam nanti. Karena kerja kebudayaan tak mengenal waktu dan terbatas oleh sekat atau tempat.

"Kita harus terus berproses. Kerja kebudayaan berkaitan erat dengan masyarakat. Saat anggota Teater Korek tak lagi berproses, sama seperti membunuh diri dan kebudayaan. Maka nanti malam, kita akan belajar mentas, hasil dari belajar latihan selama ini," tutup pria berbadan gemuk itu.



(Diterbitkan pada Senin, 9 Januari 2017)




Teater adalah Peribadatan Suci



Latihan rutin di Panggung Putih (Pendopo) Unisma Bekasi


Bekasi, Tim Redaksi Teater Korek

Menuju malam persembahan pada 9 Januari 2017, Teater Korek terus menyiapkan diri. Para aktor pun mulai rutin berproses. Sepekan terakhir, intensitas dalam berlatih kian meningkat. Mereka memainkan tubuh tanpa naskah, sebab dari gerak yang diperagakan justru akan menciptakan teks. Koreografi yang ciamik diperlihatkan dalam setiap latihan yang dilakukan mulai sore hingga malam.

Tubuh dalam teater bukan semata soal fisik. Tetapi juga rasa dan pikir yang harus selalu diolah. Setiap aktor perlu memahami segala potensi yang terdapat di dirinya sendiri. Menjadi tidak bermakna saat tubuh pada sebuah pertunjukkan dilakukan dengan tanpa kandungan filosofis yang mendalam. Karenanya, modal dasar yang harus dimiliki aktor adalah tubuh.

"Ketika tubuh itu tidak lahir dari dalam, kita hanya akan menyaksikan bahwa aktor sedang menyajikan sebuah kebohongan. Misalnya, teriak tetapi seperti tidak terdengar apa-apa, tidak ada pesan yang terkandung di dalamnya, itu adalah kebohongan. Maka, yang harus diperhatikan bukan hanya dari sisi keterampilan atau belajar dari beragam literatur yang ada, melainkan dari tubuh itu sendiri," kata Lukman Hakim, salah seorang pelopor Teater Korek saat menghadiri sesi latihan, Jumat (30/12) malam.

Dia menambahkan, orang gila juga bisa dikategorikan sebagai pelaku teater. Sebab ada bahasa tubuh yang sering dilakukan untuk menarik simpati dari setiap orang yang melihatnya. Saat ini, teater seringkali diidentikkan dengan kegilaan semata. Maka itu, agar makna teater tidak disejajarkan dengan hal tersebut, perlu pengabaran ajaran dan gagasan.

Sebab, lanjut Lukman, teater pada mulanya adalah bagian dari peribadatan suci. Dilakukan di altar-altar rumah ibadah untuk mempersembahkan tubuh kepada Dewa. Seiring waktu berjalan, teater merupakan ekspresi kebudayaan yang harus dilakukan dengan jujur, bukan artifisial.


"Intinya dalam pementasan, tubuh harus utuh diberikan kepada penonton. Karena proses pemberian tubuh itu merupakan bagian dari peribadatan dan cita-cita luhur perteateran," pungkas pria yang akrab disapa Be'el itu.



Untuk melihat proses latihan yang dilakukan Teater Korek, sila klik disini.




(Diterbitkan pada Sabtu, 31 Desember 2016)

Misi Kebudayaan dan Keberpasrahan Diri


Proses Teater Korek menuju malam persembahan, Kamis (29/12) malam.

Bekasi, Tim Redaksi Teater Korek

Teater Korek Universitas Islam "45" (Unisma) Bekasi adalah salah satu organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang seni dan kebudayaan. Sebagai wadah untuk menggali beragam isu atau fenomena kekinian yang kemudian diangkat ke permukaan; ke dalam sebuah pertunjukkan. Sesuai dengan namanya, Korek, yang berarti adalah proses atau upaya penggalian sesuatu menjadi bentuk konkret yang terejawantahkan dalam laku.

Namun, dalam proses itu dibutuhkan sebuah keberprasahan diri. Netralitas 'keakuan' juga perlu dilakukan demi mendapatkan hasil yang maksimal. Karena kerja kebudayaan adalah soal kehidupan yang dinamis, yang tanpa kepura-puraan dan kemunafikan. Dan, saat 'keakuan' itu sudah tidak mendominasi dalam hidup, maka lahirlah ketulusan, yang sadar akan kehidupan, yang tidak buta pada kemanusiaan.

Haris Sagita, alumni Psikologi Unisma Bekasi yang juga pernah menjadi pengurus Teater Korek mengatakan, belajar teater merupakan sebuah proses pembelajaran kehidupan. Dengan itu, seseorang akan mampu memahami siapa dirinya, sadar terhadap ruang dan lingkungan sekitar, dan bahkan akan memantik percikan ketuhanan dalam diri. Karenanya, dia mengimbau, perlu ketulusan dalam berteater agar semuanya muncul tanpa kepura-puraan.

"Kuncinya adalah tawakkal. Kalau sudah tawakkal enak. Kita bisa tahu siapa 'aku' ini, sadar ruang, dan memang seperti itu kebudayaan. Jangan bohong pada diri sendiri, pasrah aja. Kembalikan semuanya ke Tuhan," kata Haris dalam diskusi usai latihan, di Panggung Putih (Pendopo) Unisma Bekasi, Kamis (29/12) malam.

Sebagai informasi, saat ini (anggota baru) Teater Korek sedang melakukan proses latihan menuju malam persembahan yang akan diselenggarakan pada 9 Januari 2017. Pertunjukkan itu merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban dari Latihan Alam Orientasi Dasar Pemain Teater (LAODPT), di Bumi Perkemahan Cibubur, beberapa bulan yang lalu.


Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Teater Korek, Nurul Hikmah, menekankan bahwa malam persembahan adalah awal dari proses kekaryaan. Anggota baru mulai diperkenalkan dengan kerja kebudayaan yang tanpa akhir dan tidak memiliki batas waktu tertentu. Menghargai proses, dia menambahkan, adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan.

"Dalam berkarya, kita membutuhkan seorang aktor yang menghargai proses. Bukan yang hanya ingin eksis kemudian hilang. Karena belajar teater merupakan pembelajaran kehidupan, maka tidak bisa dilakukan dengan cara yang instan," ungkap Nurul Hikmah saat mengevaluasi latihan anggota baru.

Sementara itu, Zeta Margana, yang bertindak sebagai sutradara menyatakan dirinya berpasrah pada kehendak alam. Tulus dalam berpikir, merasa, serta bertindak, alam yang akan menentukan. Maka itu, dia meminta kepada seluruh aktor agar percaya sepenuhnya atas proses yang dilakukan selama ini. Karena hanya dengan itu, manfaat dan hasil optimal akan dirasakan.

"Kita harus tahu apa yang saat ini sedang dilakukan, jangan ada beban. Ini adalah proses belajar. Menghargai ilmu itu penting, harus ikhlas, pasrah, dan tulus. Dengan begitu, kita akan mendapatkan manfaat dari kepayahan kita selama ini," ujar Zeta, memberi nasihat dan masukan kepada anggota baru Teater Korek.

Malam persembahan, lanjut Zeta, adalah misi kebudayaan yang harus dijalankan. Hal itu akan tercapai apabila keberprasahan diri menjadi kunci utamanya. Maka, dia selalu mengingatkan para aktor agar tidak menaruh beban saat berproses.

"Untuk saat ini, saya serahkan seluruhnya kepada alam. Teman-teman aktor semoga memahami apa pun yang saat ini sedang dilakukan. Dalam proses, gunakan akal dan hati untuk mendapatkan hasil yang terbaik," tutupnya.


(Diterbitkan pada Jum'at, 30 Desember 2016)